Selasa, 19 Agustus 2014

Perlakuan Petugas JNE yang Tidak Sopan Dengan Saya Sebagai Pengguna Jasanya

Setelah kemarin dikecewakan oleh PT Pos Indonesia - Persero (Baca Disini), sekarang saya harus menelan rasa kecewa dari JNE. Ini saya kurang tau harus cerita dari mana. Awalnya saja saya tidak tau apa-apa. Pokoknya bangun pagi-pagi saya sudah kena sembur ala semprot sama petugas JNE. Perlakuannya kurang banget dah,,, Dan maaf juga, saya gak punya bukti (minimal berupa rekaman percakapan via telpon,karena saya gak pasang aplikasi perekam percakapan telepon di ponsel saya). Kalau bosnya JNE lihat nih postingan saya di blog ini, dan meminta maaf kepada saya, ya syukur-syukur deh. Tapi kalau komplain dan ngancam melaporkan saya karena mencemarkan nama baik (JNE), berarti anda belum siap menjalankan bisnis yang melayani masyarakat. Lebih baik gulung tikar saja.

Ini saya juga sebenarnya bingung mau komplain kemana atas perlakuan JNE yang saya terima ini, karena masyarakat Indonesia juga tau sendiri gimana susahnya menghubungi pihak JNE. Saya pernah kirim email ke JNE. Tapi apa yang saya terima? Ternyata Mailer-Daemon. Alias gak bisa terkirim karena kapasitas email JNE penuh. Wah... kok bisa ya email perusahaan penuh? Emang JNE gak mampu beli hosting dengan kapasitas yang besar? Kalau gak bisa mending pakai Gmail aja, gak usah sok pakai email dari hosting sendiri. Karena kapasitas email Google Super Besar kok.

Awal Kasusnya

Langsung to-the-point aja. Ceritanya saya memang ada beli barang dari toko online. Sebelum lebaran kemarin. Ada banyak yang saya beli dari toko online yang berbeda-beda, saya lupa jumlahnya. Kalau tidak salah ada 5 barang dari 5 toko online yang berbeda. Ongkos kirimnya bukan gak mahal. Tiap barang, ongkos kirimnya itu +/- Rp 60.000. Karena ada 5 barang, berarti ongkos kirimnya sekitar Rp 300.000. Sebenarnya hitungan ongkos kirim JNE sistemnya perkilo. Tapi karena dari toko online berbeda, jadi tiap toko online yang berbeda, maka ongkos kirimnya berbeda.

Kekecewaan Pertama: JNE Menitipkan Paket ke Alamat yang Tidak Saya Kenal
Dari kelima barang itu, 4 diantaranya datang bersamaan. Hanya satu yang tertinggal. Dan 4 barang yang datang bersamaan itu, saya tidak pernah serah terima dengan kurir JNE nya. Benar, kurir JNE tidak mengantarkan paket sampai ke alamat saya. Kurir JNE menitipkan paket itu ke alamat yang tidak saya kenal orangnya. Dibilang tetangga saja bukan. Karena jarak rumah saya dengan tempat JNE menitipkan barang sekitar ratusan kilometer (mungkin, karena saya bukan tukang ukur jalan).

Saya bersyukur alamat yang dititipkan JNE itu orangnya jujur dan menghubungi saya. Saya langsung berangkat dengan abang ipar ke alamat yang sudah disebutkan oleh orang yang dititipi oleh kurir JNE. Dan mengambil barang. Orang yang dititipi itu ramah.

Kekecewaan Kedua: Status Delivered Tapi Paket Belum Saya Terima
Ini yang paling bikin kesal. Sudah hampir sebulan paket yang tersisa (paket yang tertinggal tadi) tidak juga saya terima. Entah dititipkan atau gimana. Dan setelah saya cek status di JNE, saya lihat statusnya di website JNE "Delivered" dengan nama penerima D Napit. Padahal saya belum terima. Saya juga tidak kenal dengan orang yang namanya D Napit. Ya kalau saya sih iklas gak iklas gitu. Kalo dikirim syukur, kalo gak dikirim ya sudah lah. Karena paketnya juga senilai Rp 40.000.
Diklik gambarnya, biar membesar (Zoom)

Kekecewaan Ketiga: Petugas JNE Menghubungi Saya Sambil Marah-marah
Sejak hampir sebulan paket tidak kunjung tiba, saya pun sudah berada di luar kota (di Medan tepatnya). Pada tanggal 20 Agustus 2014, sekitar pukul 10 saya dihubungi pihak JNE. 11 kali petugas itu mencoba menelpon ponsel saya. Saya lihat di histori panggilan telpon saya, tercatat ada "11 panggilan tak terjawab dan 1 SMS", bahwa petugas JNE mencoba menghubungi saya. Tercatat pula panggilan itu pada pukul setengah 8 pagi, hanya saja tidak terangkat. Saat itu saya sedang tidur karena malamnya bisa dibilang "kerja lembur". Sedangkan SMSnya berisi:


Woy dari saya nelponin kamu Gk ada angkat, kamu mau paket dari JNE apa tidak.

Dari SMS itu saja sudah sangat tidak sopan. Lalu saya balas dengan:

Pagi. Paket apa ya?

Saya jawab seperti itu karena saya juga sedang menunggu paket di Medan. Paket berupa router yang beberapa hari lalu saya kirim ke Jakarta untuk digaransikan, karena router saya rusak dan masih ada sisa masa garansi. Lalu petugas JNE me-reply SMS itu dengan jawaban:

Maka nya kalau kami nlpon di angkat jgan di rizek

Dalam hati saya, Lah...siapa yang reject? Saya cuma tidak mengangkat panggilan telpon karena lagi tidur, saya tidak ada reject atau tekan tombol "akhiri panggilan" di ponsel saya. Selang beberapa menit petugas menghubungi saya kembali melalui voice call (maaf, gak ada rekaman panggilan suara). Percakapannya kurang lebih seperti ini (saya sedikit lupa):

Ponsel berdering, saya angkat.
Saya: Halo... (saya mau bilang: Halo... Selamat pagi)
Belum selesai saya berbicara, petugas JNE sudah memotong ucapan saya sambil mulutnya njeplak marah-marah gak berenti. Gak pake koma gak pake titik.

Petugas JNE (wanita): Bapak ini gimana, tadi saya coba hubungi pakai nomor anak saya. Kalau ditelpon diangkat, jangan di reject... bla... bla... bla... Ini paketnya bagaimana, diambil sendiri ya. Saya juga tidak tau apa isi paketnya ini. tut... tut... tut...

dengan nada marah-marah, lalu panggilan terputus.

Saya terkejut disitu. Saya belum selesai bicara si petugas JNE sudah nyembur memotong perkataan saya. Dan disitu petugasnya marah-marah gak berhenti. Gak pake titik dan koma. Saya aja gak punya kesempatan bicara selain mengucapkan kata "Halo" di awal pembicaraan. Karena selebihnya si petugas JNE yang mendominasi pembicaraan sambil marah-marah. Istilahnya: "Saya bicara pake 1 mulut si petugas JNE pakai 1000 mulut". Setelah selesai bicara petugasnya langsung mematikan voice call tanpa saya sempat berbicara apa-apa.

Dari situ saja sudah menjengkelkan. Saya bukan hanya kecewa dengan paket yang tidak pernah saya terima dari pihak JNE, tetapi juga sangat kecewa dengan cara petugas JNE menghubungi dan berbicara dengan saya.

Kekecewaan Ketiga: Manipulasi Data
Pas saya cek di website JNE, Ternyata JNE Belum atau Tidak Pernah Mengirimkan Paket Saya, Tapi Bisa-bisanya Menuliskan Status "Delivered" di website JNE

Kekecewaan lainnya, ongkos kirim saya yang Rp 300.000 itu seharusnya sudah lebih dari cukup mengantarkan paket ke alamat saya. Meski jauh antara alamat dengan kantor JNE kabupaten setempat, tapi jalanannya semua sudah beraspal. Jadi tidak ada masalah seharusnya. Bahkan nominal Rp 100.000 saja sudah lebih dari cukup untuk biaya BBM dan makan.

Lalu hal lain yang membuat saya bingung, saya tidak tau petugas JNE yang menghubungi saya ini dari petugas JNE yang mana. Apakah Petugas JNE Medan, atau petugas JNE kampung halaman saya (di Rantauprapat, Kabupaten Labuhan Batu, Sumatera Utara). Soalnya petugas yang nelpon saya tidak menyebutkan harus ambil paket dimana. Seperti yang saya sebutkan diatas, selain paket berupa jam tangan yang sampai sekarang belum saya terima (pengiriman/alamat ke Labuhan Batu), saya yang saat ini berada di Medan juga sedang menunggu paket router yang saya garansikan.

Jadi saya tidak tau harus menjemput kemana itu barang. Mau nelpon lagi orang yang tadi marah-marah ke saya? Saya sudah ilfil duluan. Tar kena semprot lagi. Mending ya sudahlah. Kalau boss JNE membaca ini posting dan meminta maaf ya syukur-syukur deh...

Note:
  • Alamat saya I: Desa Sidomulyo, Negeri Lama, Kec. Bilah Hilir, Kab. Labuhan Batu, Sumatera Utara, Indonesia - 21471
  • Alamat JNE Rantauprapat: Jl. WR. Supratman No. 177, Rantauprapat, Labuhan Batu, Sumatera Utara
  • Alamat saya II: Medan Tenggara VII Gg Nasional, Medan Denai, Kota Medan, Sumatera Utara, Indonesia - 20228
  • Alamat JNE Medan (Pusat): Jl. Brigjend Katamso No. 523 E Simpang Pelangi 
Saya bingung, JNE mana yang menghubungi saya -_-"

Jumat, 15 Agustus 2014

Menunggu PIN Google Adsense yang Tak Kunjung Datang

Rasanya sudah cukup lama aku nungguin PIN Adsense yang tak kunjung datang. PIN pertama dikirim oleh Google sebelum bulan puasa tahun 2014. Kirim ke Medan (Kota Medan). Tapi setelah ditunggu - tunggu, PIN tak kunjung datang.

PIN Adsense sendiri akan secara otomatis dikirimkan jika saldo atau earning Adsense kita sudah mencapai ambang batas yaitu $10. Setelah penghasilan dari Adsense sudah mencapai 10 dolar, maka kita akan dikirimi semacam kartu pos, atau sebuah surat untuk memverifikasi alamat kita. Kartu Pos ini sendiri akan dikirimkan oleh Pos Indonesia.

Bagian belakang surat/kartu POS dari Google

Bagian depan surat/kartu POS Adsense

Bentuk kartu POS ini sendiri seperti satu lembar surat yang dilipat dua dan disegel atau direkatkan diketiga sisinya. Pada bagian luar surat itu tertulis "Google" dan alamat Google di Mountain View, Canada. Didalamnya, tertulis PIN berupa angka yang harus kita masukan ke akun Adsense kita. Juga berisi langkah - langkah yang harus kita lakukan untuk memasukan PIN itu ke akun Adsense kita.

Tiga minggu berselang PIN Adsense tak juga kunjung datang. Akhirnya minggu ke empat setelah permintaan PIN saya yang pertama, saya request lagi kiriman PIN yang kedua. Bisa dibilang, ini adalah kesempatan kedua saya untuk menerima PIN dari Google Adsense. Karena kita hanya diberi kesempatan sebanyak 3 kali saja untuk meminta PIN.

Namun setelah 3 minggu kembali berselang, PIN Adsense tak juga kunjung datang. Akhirnya saya putuskan untuk mengambil langsung ke Kantor POS. Sampai sini cerita akan dilanjutkan pada posting saya berjudul: Pelayanan (Pegawai) Kantor POS Besar Medan Buruk! Gak Lagi-lagi deh ke Kantor Pos

Pelayanan (Pegawai) Kantor POS Besar Medan Buruk! Gak Lagi-lagi deh ke Kantor Pos

Kemarin setelah 2 bulan lebih menunggu kedatangan surat dari perusahaan Google Inc untuk verifikasi alamat Adsense namun tak ada satupun pak POS yang mengantarkan surat itu. Suratnya itu sendiri berisi PIN Google Adsense yang biasanya dikirim melalui Pos Indonesia. Untuk lokasi perkotaan (Kota Medan) sendiri, sangat tidak mungkin surat sampai tidak terkirim. Karena banyak teman-teman saya bisa menerima PIN hanya dalam waktu 2-3 minggu saja. Namun entah kenapa untuk PIN yang satu ini bahkan setelah 2 bulan surat berisi PIN adsense masih saja nyangkut di Kantor Pos.
Bagian dalam kantor Pos Medan

Ngadem dulu

Jeprat jepret

Akhirnya minggu ketiga setelah permintaan PIN saya yang kedua, atau tepatnya hampir 2 bulan setelah pertama kali saya dikirimi surat berisi PIN dari Google, saya putuskan untuk mengambil sendiri kedatangan surat Google itu ke Kantor Pos. Kantor Pos pertama yang saya datangi adalah Kantor Pos Medan Denai, karena saya tinggal di kecamatan Medan Denai. Kantor Pos ini bisa dibilang sepi. Namun bukan berarti tidak ada orang yang ke Kantor Pos. Hanya saja orang yang datang ke kantor Pos Medan Denai hanya satu atau dua orang saja. Sampai disana, saya langsung bertanya ke petugas Pos nya. Senyum ramah menyambut saya dan membuat perasaan saya tenang. Namun setelah saya tanyakan surat yang dimaksud, pegawai Pos mengatakan: "Untuk surat hanya ada di Kantor Pos Besar Medan di Lapangan Merdeka".

Siangnya, jam 2 saya berangkat naik angkot ke Lapangan Merdeka. Di Kantor Pos ini memang lebih ramai dari pada di Kantor Pos Medan Denai. Hanya saja, tetap saja terbilang sepi untuk ukuran Kantor Pos Pusat di Medan. 

Sesampainya disana saya tanya ke pegawai Pos, "ada kiriman surat untuk Ryan Friska Arisandhi?" Lalu pegawai Pos Tanya "Ada nomor resinya?". Saya jawab "Tidak diberi resi".

"Kalau tidak ada resi, kita tidak bisa bantu!" jawab pegawai pos wanita itu dengan nada cuek dan jutek. Melihat sikapnya saya tidak lagi berniat meneruskan pembicaraan dan langsung meninggalkan tempat.

Pantas saja sekarang kantor Pos Indonesia selalu sepi. Gimana gak sepi, karena citra-nya diperburuk oleh pegawai-pegawainya yang (maaf) kurang bisa menghargai masyarakat. Bahkan, kurir yang sering mengantar paket ke rumah saya saja jika ditanya-tanya selalu menjawab dengan nada cuek bebek. Berbeda dengan jasa pengiriman lain semisal JNE. Untuk JNE saya bisa acungi jempol. Acungi jempol bukan hanya karena pengiriman yang selalu tepat waktu. Tetapi juga pegawainya yang ramah terhadap masyarakat. Bayangkan saja, saat kurir JNE mengantar barang mereka selalu senyum, bahkan tak ragu mengajak saya bercakap-cakap. Mengobrol dan sedikit candaan tak jarang muncul dari pembicaraan kami. Sampai-sampai setelah pertemuan kedua dengan kurir JNE tersebut, kurir tersebut sudah kenal dengan saya.

Dari percakapan itu saya putuskan untuk "Tidak akan lagi datang ke Kantor Pos Besar Medan apapun alasannya". Dan terimakasih atas pelayanannya yang buruk.

Karena usaha saya meminta surat berisi PIN Adsense tidak membuahkan hasil, saya langsung pulang ke rumah. Besoknya, saya minta kiriman surat atau PIN Adsense yang ketiga. Hanya saja, alamatnya tidak saya tujukan ke Medan, tetapi ke Negeri Lama, Kecamatan Bilah Hilir, Labuhan Batu. Sumatera Utara. Selain itu, saya juga verifikasi manual Adsense via scan KTP. Baca kelanjutan ceritanya pada posting berjudul: